rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Sunday, July 5, 2015

Wong Derita Full (Wonderful) indonesia


       “I love you full Indonesia”, demikian posting pemilik akun disalah satu media sosial setelah berkunjung pada salah satu lokasi wisata yang ada di Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa Indonesia memiliki potensi pariwisata yang cukup besar dengan berbagai cagar alam, suku, budaya, dan pesona bahari.  Pariwisata sangat dipersepsikan sebagai contributor devisa bagi pembangunan ekonomi suatu Negara termasuk Indonesia, menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) yang dikutip oleh Spillane (1993), pariwisata mestinya dikembangkan oleh setiap negara karena delapan alasan utama yaitu: (1)Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun international. (2)Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya. (3)Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi. (4)Pemerataan kesejahteraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah destinasi. (5)Penghasil devisa. (6)Pemicu perdagangan international. (7)Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun, (8)Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi. Berangkat dari hal tersebut maka  pemerintah menargetkan kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dari 4,2 persen ditahun 2014 menjadi 8 persen ditahun 2019, kedatangan para turis mancanegara diharapkan dapat mendatangkan devisa dari Rp. 120 triliun menjadi Rp. 260 triliun ditahun 2019. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) mulai dari promosi pariwisata sampai pembenahan dan pelestarian beberapa destinasi wisata yang ada di Indonesia, akan tetapi pertanyaannya sejauh mana keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mencapai target pemasaran pariwisata ?.
Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025 disebutkan Tujuan Pembangunan Kepariwisataan Nasional yaitu mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab, atas dasar inilah pemerintah saat ini melakukan promosi dengan brand yang masih sama sejak tahun 2011 yaitu Wonderful Indonesia. Mendengar brand yang ada saat ini mungkin kita masih teringat dengan brand beberapa event milik negeri gajah putih yang juga menggunakan nama Wonderful Thailand, entah pemerintah kita cukup kreatif dengan brand nya atau mereka sudah kehabisan ide dan gagasan lagi mengenai promosi pariwisata.
Promosi atau Persoalan
Tahun 2015 anggaran khusus untuk promosi pariwisata (branding, iklan, dan selling) mencapai Rp. 1 T dengan target 10 juta wisman yang akan dibagi ke dalam tiga pasar, yakni Asean (50%), Asia Pasifik (30%), Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (20%). Anggaran promosi khusus untuk pariwisata tahun ini cukup fantastis dibanding tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 373,025 miliar. Secara efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran tentu saja semua memiliki persepsi yang berbeda namun sependapat bahwa ukuran efektifitas promosi adalah bertambahnya wisman yang berkunjung di Indonesia. Trend Kunjungan wisman ke Indonesia terus mengalami kenaikan, meskipun masih 3 pintu yang mendominasi (Bali, Jakarta, Batam), kenaikan rata-rata mencapai 7 persen sepanjang tahun 2007 – 2014 (BPS) kenaikan kunjungan wisman ini diklaim oleh pemerintah karena penerbangan ke lokasi destinasi wisata cukup mudah, kemudahan dokumen wisman, sejumlah event dan promosi yang telah dilakukan pemerintah.
Anggaran Rp. 1 T yang diperuntukan khusus promosi pariwisata sangat boros serta menjadi persoalan tersendiri. Persoalan yang pertama target yang hanya 10 juta orang wisman berkunjung, target ini tentu saja sangat kecil yang hanya menambah 560 ribu orang dengan anggaran yang sangat besar bahkan lebih rendah jika dibandingkan tahun 2014 dengan total kunjungan 9,44 juta menambah 640 ribu jiwa atau 7,19 persen orang dari tahun sebelumnya dengan angka kunjungan 8,8 juta jiwa (BPS). Jadi dengan anggaran Rp. 1 T pemerintah akan memberikan subsidi kepada wisman Rp. 1,7 juta per kepala itu sama saja memberikan biaya gratis kepada wisman yang berkunjung ke Indonesia, seharusnya normal dana pemasaran itu sebesar 5 USD untuk satu orang wisman, jadi dengan anggaran 1 T maka target seharusnya adalah 13 sampai 15 juta jiwa kunjungan wisman. Persoalan yang kedua adalah logika besar biaya pemasaran akan berbanding lurus dengan hasil yang diinginkan atau semakin besar anggaran promosi maka semakin besar juga wisatawan asing yang akan berkunjung ke Indonesia, dengan dana promosi yang mencapai Rp. 1 T tentu saja wisatawan asing akan bertambah dan akan melebihi target, dengan anggaran promosi yang besar maka kita dapat menyimpulkan bahwa promosi merupakan variable yang sangat mempengaruhi kunjungan wisman ke Indonesia. Sekarang mari kita lihat data pada tahun 2013 dimana  anggaran promosi pariwisata sebesar Rp. 607,700 miliar dengan total kunjungan mencapai 8.802.129 wisman, dan pada tahun 2014 anggaran promosi berkurang hampir 50 persen yaitu Rp. 373,025 miliar dengan total kunjungan wisman 9.345.411 atau meningkat 7,19 persen. Berdasarkan data yang telah ada maka sudah jelas bahwa variable yang sangat mempengaruhi kunjungan ke Indonesia bukanlah pemasaran atau promosi melainkan terdapat faktor lain yang tentu sangat mempengaruhi kunjungan wisman. Jadi anggaran 1 T yang diperuntukkan khusus promosi hanya akan menjadi persoalan.
Pembangunan Pariwisata
Pariwisata Indonesia selama ini hanya fokus pada tiga hal yakni hospitality, travel and tour, dan MICE. Sementara destinasi wisata masih cenderung diabaikan karena dukungan pemerintah pusat juga masih sangat minim hal ini dapat kita lihat pada focus pembenahan pemerintah yang hanya focus membenahi 3 pintu utama pariwisata mungkin karena di Indonesia terdapat begitu banyak obyek dan atraksi wisata yang menarik sehingga pemerintah sendiri kebingungan dalam skala prioritasnya. Seharusnya dalam mengembangkan pariwisata terdapat tiga dimensi yang patut dipertimbangkan (Murphy ; 2005). Dimensi yang pertama meliputi menajemen sumber daya  pengelolaan dan pengembangan objek wisata, pendidikan komunitas pendukung, serta terpenuhinya infrastruktur yang memadai. Dimensi yang kedua manajemen itu harus ditekankan pada pemahaman bahwa pariwisata sebagai aktivitas ekonomi harus mampu menguntungkan komunitas, ketika komunitas diberi kesempatan untuk mengelola dan mendapat keuntungan maka mereka diharapkan bisa menjaga dan mengembangkan warisan budaya, dan warisan lainnya secara utuh dan terus menerus. Dimensi yang ketiga yaitu pentingnya memenuhi aturan sosial dalam hal ini adalah menghargai kehidupan warga, lingkungan, dan tradisi yang ada. Bila dimensi ini terpenuhi maka tanpa anggaran promosi pun Indonesia akan tetap dikunjungi karena seluruh elemen masyarakat melalui komunitas akan terlibat dan menjadi volunteer dalam setiap aktivitas pariwisata, sebaiknya pemerintah dalam hal ini kementerian Pariwisata mengembangkan beberapa strategi pemasaran yang tidak lagi konvensional seperti iklan, event yang menghabiskan anggaran berlebihan namun tidak sejalan dengan apa yang diharapkan. Beberapa data yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa indicator wisman berkunjung ke Indonesia bukan karena promosi yang telah dilakukan oleh beberapa pihak akan tetapi masih banyak hal yang menarik minat wisman berkunjung ke Indonesia, sebaiknya pemerintah membina komunitas pariwisata seluruh Indonesia dan memberikan ruang yang sebesar-besarnya kepada mereka untuk bersama-sama menjual wisata Indonesia bila ini dapat dilakukan maka hal-hal yang kurang dalam item ranking pariwisata Indonesia dapat bersama-sama dibenahi.  








| Free Bussines? |

No comments:

Post a Comment