rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Thursday, September 22, 2016

Tesis : Employability Skills pada Mahasiswa

EMPLOYABILITY SKILLS PADA MAHASISWA: STUDI PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, SISTEM PEMBELAJARAN DAN SELF CONCEPT DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
(2016)

Mahmud Amir
Email : m4hmoudamir@yahoo.com

ABSTRAK

     Tujuan penelitian ini menemukan bukti-bukti empirik serta model hubungan struktural lingkungan belajar, sistem pembelajaran, dan self concept terhadap employability skills pada mahasiswa Fakultas Teknik universitas Negeri Makassar. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik path analysis. Populasi penelitian adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar tahun akademik 2015/2016. Sampel penelitian berjumlah 124 mahasiswa dipilih secara proportionate stratified random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Hasil penelitian pada model struktural menemukan bahwa (1) Terdapat pengaruh positif lingkungan belajar terhadap employability skills mahasiswa sebesar 0,19. (2) Terdapat pengaruh positif sistem pembelajaran terhadap employability skills mahasiswa sebesar 0,21. (3) terdapat pengaruh positif self concept terhadap employability skills mahasiswa sebesar 0,18. (4) Terdapat pengaruh positif lingkungan belajar terhadap self concept mahasiswa sebesar 0,19. (5) Terdapat pengaruh positif sistem pembelajaran terhadap self concept mahaiswa sebesar 0,17. (6) tidak terdapat pengaruh tidak langsung secara positif lingkungan belajar terhadap employability skills mahasiswa melalui self concept sebesar 0,03. (7) tidak terdapat pengaruh tidak langsung secara positif sistem pembelajaran terhadap employability skills mahasiswa melalui self concept sebesar 0,03. Employability skills mahasiswa dapat dilakukan melalui pengembangan lingkungan yang baik, sistem pembelajaran yang tepat, dan self concept mahasiswa itu sendiri.

Kata kunci: employability skills, lingkungan belajar, sistem pembelajaran, self concept.

Download full tesisnya disini dan jurnalnya disini versi ms. offic* silahkan kirim email. Terima kasih semoga bermanfaat.

Pendahuluan
Dibentuk dan akan diberlakukannya blok-blok perdagangan regional seperti European Common Market (ECM) lalu menjadi European Economics Community (EEC), North American Free Trade Area (NAFTA),  Asean Free Trade Area (AFTA), Asia  Pacific Economics Cooperation (APEC), dan Asean Economi Community (AEC) merupakan wujud nyata era liberalisasi ekonomi yang meliputi perdagangan bebas, dan terbuka. Era perdagangan bebas membawa dampak ganda, disatu sisi, era globalisasi membuka peluang kerjasama yang seluas-luasnya antar negara, disisi lain harus diterima sebagai era persaingan yang kompetitif dan massif. Negara Indonesia dalam meningkatkan daya saing dengan membentuk keunggulan kompetitif di semua sektor, baik sektor riil maupun jasa dengan mengandalkan kemampuan SDM, teknologi, dan manajemen merupakan tantangan utama. Pada akhir tahun 2015 adalah awal terbentuknya masyarakat ekonomi ASEAN dan itu ditandai oleh ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy), di mana pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan suatu bangsa dipengaruhi oleh kemampuannya menguasai dan mengkapitalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Era ini juga diwarnai oleh makin kuatnya kecenderungan sistem terbuka yang menimbulkan persaingan global, sehingga syarat mutlak suatu bangsa khususnya bangsa Indonesia agar unggul di setiap lini persaingan adalah meningkatkan daya saing bangsa.
       Di era ekonomi berbasis pengetahuan, lingkungan tempat kerja berubah dengan cepat. Salah satu ciri utama industri berbasis pengetahuan adalah semakin meningkatnya kebutuhan akan atribut-atribut keterampilan generik yang harus dimiliki oleh para pekerja. Selain memiliki keterampilan teknis dalam bidangnya, pekerja juga harus memiliki keterampilan-keterampilan yang bersifat generik dan dapat ditransfer ke dalam berbagai bidang pekerjaan[1]. Keadaan ini memberikan tantangan secara terus-menerus pada dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi untuk dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Tantangan terbesar dunia pendidikan saat ini adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademik (academic skills), kemampuan teknis (technical skills), dan employability skills yang seimbang.
Apabila kesenjangan keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja dihubungkan dengan dunia pendidikan, maka permasalahan ini berkaitan dengan persoalan mutu dan relevansi hasil-hasil pendidikan. Dunia pendidikan, khususnya perpendidikan tinggi dihadapkan pada persoalan bagaimana menghasilkan lulusan dengan kualifikasi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja sehingga tingkat penyerapan lulusan di dunia kerja semakin meningkat. Tingkat keterserapan lulusan di dunia kerja perlu menjadi perhatian penyelenggara pendidikan tinggi saat ini. Kriteria kualifikasi yang disyaratkan pasar kerja di era ekonomi berbasis pengetahuan menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh para penyelenggara pendidikan tinggi agar lulusannya dapat terserap ke dunia kerja terlebih lagi bagi pendidikan tinggi vokasi seperti diploma tiga, haruslah dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan secara berkualitas sehingga lulusannya mampu memenuhi kriteria kualifikasi yang ditentukan dunia kerja[2]. Laporan dari United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2014 menunjukkan urutan Indonesia dalam peringkat dunia berdasarkan human development index berada pada urutan 108 yang diukur dari tingkat pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala[3]. Data pada tahun 2014 yang dikeluarkan oleh the learning curve pearson memaparkan Indonesia menduduki posisi ke 40 dengan indeks ranking dan nilai secara keseluruhan yakni minus 1,84[4]. Berdasarkan data yang ada, maka Indonesia seharusnya melakukan perbaikan dengan cara-cara yang ekstrem melalui berbagai macam regulasi agar para lulusan mampu menghadapi kebutuhan tuntutan dunia kerja.
Employability skills tidak hadir begitu saja akan tetapi melalui sebuah proses yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, keterampilan ini tentu saja dibentuk oleh sebuah tatanan dalam suatu institusi sekolah maupun kampus. Dalam sebuah bangunan sistem institusi maka komponen didalamnya adalah lingkungan, regulasi, dan individu itu sendiri. Lingkungan pada kampus, baik itu lingkungan belajar maupun lingkungan sosial kampus memberikan dampak terhadap employability skills mahasiswa, lingkungan kampus dengan berbagai keterbatasan yang ada seperti halnya lingkungan dalam perspektif pembelajaran dalam hal ini infrastruktur dan suprastruktur yang cukup memadai dan profesionalnya tenaga pendidik,  tentu memberikan konstribusi yang besar terhadap employability skills mahasiswa.
       Dengan berbagai kemajuan dan perkembangan teknologi maka pembelajaran sebagai sistem yang saling berkaitan dapat dibentuk dengan mudah seperti halnya strategi belajar mengajar yang di mediasi oleh beberapa media dalam pembelajaran cukup memudahkan tenaga pendidik dalam pencapaian tujuan terhadap peserta didik, akan tetapi perkembangan employability skills peserta didik masih saja kurang maksimal hal ini ditandai oleh beberapa perusahaan yang masih saja menerapkan pola penerimaan karyawan secara konvensional yaitu dengan melihat pengalaman kerja para pelamar. Mahasiswa sebagai individu yang terus berusaha mencapai tujuannya dibarengi dengan self concept yang ada pada dalam dirinya, self concept terbentuk dari beberapa interaksi yang ada disekitar mahasiswa dan memberikan realitas yang semestinya dilakukan oleh mahasiswa dalam hal ini kesadaran akan kebutuhan berbagai macam keterampilan dalam menopang hidup mahasiswa kedepan, kesadaran akan pentingnya suatu entitas yang terbentuk dari dirinya atau biasa disebut dengan kreatifitas. Interaksi pada self concept yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan kampus dan sistem pembelajarannya, apabila lingkungan dan sistem pembelajaran masih belum maksimal dalam setiap fungsinya maka pengembangan self concept mahasiswa tidak akan terjadi atau masih pada taraf stagnan.
Berangkat dari hal yang sebelumnya telah diuraikan maka dari itu employability skills mampu menjawab kebutuhan industri dalam hal penerimaan karyawan. Variabel lingkungan, sistem pembelajaran, dan self concept masing-masing saling berinteraksi untuk pencapaian tujuannya oleh karena itu perlu kiranya mencari hubungan dan melihat berapa besar hubungan untuk menemukan bukti empirik serta model struktural antara lingkungan belajar, sistem pembelajaran, dan self concept dalam mengembangkan kompetensi employability skills mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode survei dengan teknik analisis jalur (path analysis)[5]. Variabel terdiri dari variabel eksogen yaitu lingkungan belajar, sistem pembelajaran, dan self concept, serta variabel endogen adalah employability skills. Jika dilihat dari penyusunan model serta cara kerjanya, analisis jalur adalah suatu teknik analisis statistik yang dikembangkan dari regresi berganda. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah  mahasiswa tingkat akhir FT UNM tahun akademik 2015/2016 dengan jumlah 124 mahasiwa dengan teknik penentuan sampel proportionate stratified random sampling[6] dimana sampel penelitian diambil secara proporsional dan acak pada setiap jurusan. Data dikumpulkan dengan cara self-administrased questinnaires yaitu responden menjawab pernyataan yang terdapat dalam kuesioner tanpa dibantu oleh petugas pengumpul data. Dari hasil pengumpulan data terdapat 124 kuesioner yang diisi secara lengkap dan benar hingga layak untuk dianalisis lebih lanjut maka dari itu tingkat partisipasi responden sebesar 100%.
Instrumen pengumpul data meliputi kuesioner lingkungan belajar, sistem pembelajaran, self concept, dan employability skills. Kuesioner lingkungan belajar dikembangkan oleh peneliti dari beberapa kajian literatur yang relevan Hasbullah (2006), Naibaho (2010),  Robbins (2007) Stephen Rushton dan Elizabeth Larkin  (2011) yang meliputi lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial kampus. Kuesioner sistem pembelajaran dikembangkan oleh peneliti melalui beberapa kajian literature yang relevan Sofan Amri (2013), Atwi Supratman (2012), Puspa Setia Pratiwi (2009), I Made Suarta (2012) dengan indikator tujuan, materi, strategi dan metode penyampaian, alat dan sumber belajar, dan evaluasi, indikator sistem pembelajaran dikembangkan kedalam dimensi yang lebih kecil lagi. Variabel self concept dikembangkan oleh peneliti melalui beberapa kajian literatur yang relevan Sahputra (2009), Tri Ani Hastuti (2011), Irawati (2012), Baumeister (1999), Carl Rogers (1959) yang meliputi self imageself esteem, dan ideal self. Instrumen penelitian menggunakan skala likert 1-4 dari gradasi negatif ke positif.
Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi product moment dengan bantuan beberapa software yang relevan, dalam penelitian ini software yang digunakan adalah Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 23. Dari hasil uji coba instrumen penelitian yang diuji cobakan pada sample yang memiliki karakter yang sama dengan populasi, dengan jumlah sampel 30 orang diperoleh kesimpulan bahwa dari 27 butir pernyataan terdapat 25 butir yang valid dan reliabel (0,889) dan 2 butir yang tidak valid/gugur karena nilai rhitung lebih kecil dari rtabel (n=30, α=0.0.5, r=0.361). Variabel lingkungan belajar (X1) diperoleh kesimpulan bahwa dari 16 butir pernyataan, terdapat 14 butir yang valid dan reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,812 serta 2 butir yang tidak valid/gugur. Variabel sistem pembelajaran (X2) diperoleh kesimpulan bahwa dari 14 butir pernyataan, 13 butir yang valid dan reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,901 serta 1 butir yang tidak valid/gugur. Untuk variabel self concept (X3) diperoleh kesimpulan bahwa dari 12 butir terdapat 11 butir pernyataan yang valid dan reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,825 serta 1 butir yang tidak valid/ gugur. Hasil dari perhitungan validitas butir menunjukkan bahwa butir angket valid dengan keterangan pada taraf signifikansi α = 0,05 dan bernilai positif.
Hasil penelitian dianalisis dengan teknik analisis jalur, pada dasarnya analisis jalur adalah gabungan dari analisis faktor dan regresi, analisis jalur adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan relative rumit secara simultan[7], analaisis jalur dimaksudkan untuk menganalisis serangkaian hubungan diantara variabel teramati dan variabel konstruk. Kesesuaian model dengan konsep yang telah dibangun akan diuji dengan uji kriteria goodness of fit,oleh karena itu sebelum melakukan kriteria pengujian maka dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi normalitas data, linieritas antara variabel, tidak terdapat gelaja multikolinieritas pada data. Kriteria minimal yang dapat digunakan untuk menentukan fit atau tidaknya model dapat menggunakan Chi-Square StatisticGoodness of Fit Index (GFI), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), dan the Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)[8].

Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Analisis terhadap uji kecocokan model dilakukan dengan menggunakan kriteria goodness of fit. Hasil statistik goodness of fit menunjukkan semua kriteria pengujian memiliki hasil yang sangat baik (the model is saturated, the fit is perfect). Pengujian model yang dilakukan menghasilkan konfirmasi yang sangat baik atas hubungan kausalitas antar variabel. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang tidak signifikan (pvalue = 1,00, chi-square = 0,00, RMSEA = 0). Dengan demikian maka model tersebut dapat diterima. Selanjutnya dilakukan uji kecocokan model untuk meihat signifikansi hubungan yang ada pada setiap variabel yang diobservasi. Evaluasi hubungan kausal dilakukan dengan menggunakan nilai koefisien jalur (γ atau β) dan nilai–t (tvalue). Hubungan diantara variabel dinyatakan signifikan apabila nilai-t lebih besar dari 1.660. Dengan menggunakan program lisrel menghasilkan diagram jalur yang menunjukkan nilai koefisien jalur (gambar 1) dan nilai-t (gambar 2).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlZ6xyRU9QsgUTnkrkwAgZ9qtj278SgLpCAnP-PTb8oDF26NVz2L6I7ahz4pWHY7J_2FlMkC72m02sVlJRWbykfk4xzeCIBTDHjcQ682pyCTcpNRDZPiraBDsE3xYzTCCZCdlJhrLB_Og/s400/1.png

                                                                      Gambar 1
Koefisien Diagram Jalur 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDLzu5ynr35C8r7znGBtqFNkFU7sz7VNSzC_QoDIGJREMoWI0sG6-D3zasvBa7ec9LBou1MD_2b0BLBOXB_-6ypSvZQFW-hnTz7xa3Z2yx8e0N1ryrbFFJSnxEQoQd0yDpBHjzMg0kXt8/s400/2.png



Gambar 2
Diagram Jalur Nilai thitung



Hasil analisis pengaruh langsung variabel X1 (Lingkungan Belajar) terhadap Y (Employability skills) yaitu P21 = 0,19 dengan arah positif yang bermakna bahwa hubungan antara lingkungan belajar dan employability skills memiliki pengaruh yang positif. Nilai thitung = 2,17, dengan tingkat signifikansi 0,05 dan jumlah responden (n) = 124 di peroleh angka ttabel = 1,66 sehingga thitung ttabel (2,17 > 1,66). Nilai koefisien jalur untuk X2 (Sistem Pembelajaran) terhadap Y (Employability skills) yaitu P23 = 0,21 dengan arah positif yang bermakna bahwa hubungan antara sistem pembelajaran dan employability skills memiliki pengaruh yang positif. Nilai thitung = 2,48 sehingga thitung ttabel (2,48 > 1,66). Nilai koefisien jalur untuk X3 (Self concept) terhadap Y (Employability skills) yaitu P31 = 0,18 dengan arah positif yang bermakna bahwa hubungan antara self concept dan employability skills memiliki pengaruh yang positif. Nilai thitung = 2,07 sehingga thitung ttabel (2,07 > 1,66). Nilai koefisien jalur untuk X1 (Lingkungan Belajar) terhadap X3 (Self concept) yaitu P41 = 0,19 dengan arah positif yang bermakna bahwa hubungan antara lingkungan belajar dan self concept memiliki pengaruh yang positif. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung = 2,17 sehingga thitung ttabel (2,17 > 1,66) Nilai koefisien jalur untuk X2 (Sistem Pembelajaran) terhadap X3 (Self concept) yaitu P42 = 0,17 dengan arah positif yang bermakna bahwa hubungan antara lingkungan belajar dan self concept memiliki pengaruh yang positif. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung = 1,99 sehingga thitung ttabel (1,99 > 1,66). Nilai koefisien jalur P31-3 = 0,03, dengan rincian X1 terhadap X3 sebesar 0,19 dan X3 terhadap Y sebesar 0,18. Dengan demikian pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X3 P31-3 = 0,03 dengan nilai thitung = 1,50 sehingga thitung ttabel (1,50P42-3= 0,03, dengan rincian X2 terhadap X3 sebesar 0,17 dan X3 terhadap Y sebesar 0,18. Dengan demikian pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y melalui X3 P42-3 = 0,03 dengan nilai thitung = 1,43 sehingga thitung ttabel (1,43

Pembahasan
        Hasil-hasil statistik goodness of fit yang digunakan untuk menilai kecocokan model yaitu Pvalue, RMSEA, dan CFI menunjukkan kecocokan model yang cukup baik. Hasil ini memberikan makna bahwa model hubungan kausal yang dibangun berdasarkan kajian teoritis didukung oleh data empirik. Temuan ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan employability skills mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, melalui intervensi terhadap faktor-faktor penentu yang terbukti secara empirik berpengaruh terhadap pengembangan employability skills mahasiswa.
        Pengaruh variabel lingkungan belajar terhadap kompetensi employability skills mahasiswa memiliki nilai yang signifikan dengan koefisien jalur sebesar 0,19 serta nilai signifikansi t = 2,57. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan belajar di FT UNM berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan employability skills mahasiswa. Beberapa referensi menunjukkan lingkungan belajar dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil-hasil belajar, serta dapat mempengaruhi pengembangan kemampuan intelektual mahasiswa, seperti berpikir kreatif dan kritis, kemampuan beradaptasi, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan mengelola diri dalam belajar, kemampuan komunikasi, kemampuan interpersonal, bekerja sama dalam tim, berpikir reflektif, bekerja secara mandiri, serta kemampuan berpikir lintas disiplin ilmu.
        Dari hasil penelitian ini, bahwa employability skills mahasiswa FT UNM bisa dilihat sebagai pengaruh dari lingkungan belajar, namun perlu untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar lingkungan belajar yang tidak dilihat dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan Stephen Rushton (2001), Aviv Roy Rahman (2012), dan Priyakorn Pusawiro (2011) memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini bahwa lingkungan belajar diyakini menjadi variable yang dapat mempengaruhi employability skills peserta didik.
        Hubungan langsung antara sistem pembelajaran dengan employability skills juga memiliki nilai yang signifikan dengan koefisien jalur 0,21 serta nilai signifikansi t = 2,84, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pembelajaran di FT UNM memiliki pengaruh signifikan terhadap employability skills mahasiswa. Maka hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Puspa S.P (2009), I Made Suarta (2012) secara implisit menyimpulkan bahwa sistem pembelajaran memiliki peran yang urgen dalam pencapaian suatu tujuan dan pembentukan pengetahuan peserta didik baik itu secara sikap maupun pengetahuan.
        Terdapat beberapa faktor yang juga turut mempengaruhi secara bersama maupun berdiri sendiri yang tidak diobservasi dalam penelitian. Robinson (2006:82) mengidentifikasi program-program akademik, program internal kampus, dan program eksternal kampus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan employability skills. Sementara itu, penelitian yang dilakukan Ogbeide (2006:1) pada mahasiswa tingkat akhir hasilnya ditentukan oleh kombinasi program akademik dan nonakademik (89,55%), dan hanya sekitar 10,45% yang menyatakan pengembangan employability skills ditentukan oleh program-program akademik. Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa upaya pengembangan dan peningkatan kompetensi employability skills mahasiswa di FT UNM bisa dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai bentuk simulasi pembelajaran baik yang bersifat akademik maupun non-akademik.
        Self concept memiliki hubungan yang signifikan terhadap employability skills mahasiswa hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien jalur sebesar 0,18 serta nilai signifikansi t = 2,07, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self concept mahasiswa FT UNM memiliki pengaruh terhadap employability skills. Secara teori seseorang yang memahami self concept dan mampu menjadikannya sebagai alat evaluasi hasilnya seseorang akan dengan mudah memahami berbagai macam kompetensi Baumeister (1999), Carl Rogers (1959). Maka hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahputra (2009), Tri Ani Hastuti (2011), Irawati (2012) mendukung hasil penelitian ini juga bahwa self concept dapat menjadi variabel dalam meningkat kompetensi peserta didik dan/ atau mahasiswa.
Dalam penelitian ini lingkungan belajar dan sistem pembelajaran memiliki hubungan tidak langsung terhadap employability skills melalui self concept mahasiswa namun hubungan yang terjadi tidak signifikan dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,3. Hal ini dapat dicermati selanjutnya karena dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa lingkungan belajar dan sistem pembelajaran melalui self concept dapat membentuk kemampuan peserta didik secara signifikan (I Made Suarta, 2009). Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa self concept tidak dapat dipandang sebagai sebuah variabel yang moderat yang secara khusus dapat meningkatkan kemampuan employability skills akan tetapi bersama-sama dengan variabel lainnya.
        Penelitian ini menyimpulkan bahwa employability skills mahasiswa dapat dilakukan melalui pengembangan lingkungan yang baik, sistem pembelajaran, dan self concept. Maka dari itu employability skills tidak bisa dilepaskan dari lingkungan belajar, sistem pembelajaran, dan konsep diri mahasiswa. Ketiga variabel merupakan prediktor yang signifikan untuk melihat tahap awal keberhasilan karir mahasiswa selanjutnya. Dengan demikian lingkungan belajar yang diciptakan, sistem pembelajaran yang digunakan, dan self concept mahasiswa hendaknya dilakukan beberapa perubahan yang dinilai signifikan agar kompotensi employability skills juga dapat berkembang pada peserta didik atau mahasiswa.

Kesimpulan dan Saran
Lingkungan belajar yang meliputi lingkungan fisik kampus, lingkungan budaya kampus, dan lingkungan sosial kampus berpengaruh terhadap employability skills, oleh karena itu lingkungan belajar akan mengakibatkan peningkatan employability skills mahasiswa. Sistem pembelajaran memiliki pengaruh langsung yang positif terhadap employability skills, oleh karena itu membenahi sistem pembelajaran berdasarkan atribut yang terdapat pada penelitian ini akan mengakibatkan peningkatan employability skills mahasiswa. Self concept berpengaruh secara positif terhadap employability skills mahasiswa, oleh karena itu mahasiswa yang memiliki self concept yang tinggi akan berakibat pada peningkatan employability skills mahasiswa tersebut. Lingkungan belajar terhadap self concept menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan, artinya dengan perbaikan sektor lingkungan belajar akan mengakibatkan self concept mahasiswa semakin baik. Pada variabel sistem pembelajaran terhadap self concept menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan, artinya pembenahan pada sistem pembelajaran akan mengakibatkan self concept mahasiwa semakin baik.
Kepada pihak kampus agar setiap program yang berorientasi pada kompotensi skills mahasiswa kiranya dapat meningkatkan aspek lingkungan meliputi perbaikan infrastruktur kampus dan pengembangan suprastruktur kampus. Pihak kampus dapat membenahi sistem pembelajaran yang telah teruji dalam penelitian ini agar dapat meningkatkan kompetensi peserta didik seperti materi yang sebaiknya sesuai dengan kebutuhan akan pasar kerja, dan kreasi dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan. Diharapkan pada masa-masa mendatang agar kiranya setiap satuan pendidikan mampu mengembangkan metode dan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan emloyability skills. Disarankan kepada institusi pendidikan terkhusus pihak kampus agar kiranya menciptakan lingkungan belajar yang telah teruji dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap self concept mahasiswa, seperti relasional antara dosen dan mahasiswa dan kualitas sumber daya tenaga pengajar. Disarankan kepada mahasiswa agar mampu memahami dan mengonsepsikan dirinya sebagai evaluasi atas pencapaian yang telah didapatkan serta mampu mengembangkan dirinya sendiri.

Daftar Pustaka

Agustiani, Hendriati. Psikologi perkembangan, pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri. Bandung; PT.Refika Aditama, 2006.

Anshari, Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya; Usaha Nasional, 1982.

Badan Pusat Statistik Nasional. Survei Angkatan Kerja Nasional, Jakarta, 2014.

Conferenceboardca. “Conference board of Canada (2000)”. Online.  http://www.conferenceboard.ca/topics/education/learning-tools/employability-skills.aspx (diakses 30 Maret 2015).

Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta; Bumi Aksara, 2008.

Department of Education, Qualification Employability Skills, Canberra,  CSH Industry Skills Council, 2007.

Dhewanti, “Pengaruh Lingkungan Sekolah dalam Proses Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Peserta didik”. Tesis, UNY, 2012.

Edi Riadi, Aplikasi Lisrel Untuk Penelitian Nalisis Jalur. Yogyakarta; Andi, 2013

Fazlinda Ab Halim, Journal of Technical Education and Training (JTET) vol. 3, http://penerbit.uthm.edu.my/ojs/index.php/JTET (diakses tanggal 6 April 2015).

Ghozali, Imam.  Aplikasi : Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3, Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005.

Gibb, Jennifer, Generic skills in vocational education and training. Adelaide SA: National Centre for Vocational Education Research Ltd, 2004.

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; Grasindo, 2005.

Hartoyo, dkk, “Reformulasi Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Indonesia Abad 21”. Yogyakarta, UNY, 2009.

Haryanto, "Pengertian Belajar Menurut Ahli", online http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ (diakses tanggal 27 Oktober 2015)

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2008.

Hastuti, Tri Ani, dkk. Pengaruh Proses Pembelajaran Terhadap Pengembangan self concept Mahasiswa” (Penelitian hibah, UNY, 2011).

Herri Mulyono, “Membersiapkan Data Untuk Analisa Kuantitatif”. online https://myenglish01.wordpress.com/2014/07/31/data-screening-membersiapkan-data-untuk-analisa-kuantitatif/ (diakses 4 April 2016)
Human Development Index 2014, UNDP (Online)  http://hdr.undp.org/en/content/table-1-human-development-index-and-its-components  (diakses 2 April 2015).

Husein, Aklhan dan Rahman, Perencanaan Pengajaran, Jakarta; Depdiknas, 1996.

Index of Cognitive Skils and Educational Attaintment, TLCV (Online) http://thelearningcurve.pearson.com/index/index-ranking/z-a (diakses 2 april 2015).

Kementrian Pendidikan Nasional. Strategi Jangka Panjang Pendidikan, Jakarta, 2010.

Kurniajati, Sandy. Environmental Factors and Self Concept of The Street Childreen, Jurnal Stikes Volume 5, 2012.

Latan, Hengky, Struktural Equation Modeling ; Konsep dan Aplikasi. Bandung:  Alfabeta, 2013.

Lintangsari, Retno, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Peserta Didik”. Tesis, UNLAM, 2012.

Latif, M. Azhar (2012) “Pembelajaran Dalam Standard Pendidikan” online https://azharm2k.wordpress.com/2012/04/28/sistem-pembelajaran-dalam-standar-proses-pendidikan/ (diakses tanggal 27 Oktober 2015)

Moore, Effective instructional strategies. London; Sage Publication, 2005.

National Network of BIA, Common Emloyability Skills, NNBIA ; USA,2014).

Neny Irawati & Nurahma Hajat , Hubungan antara Harga Diri dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMKN 48 Jakarta Timur (Jurnal Econo Sains; Jakarta, 2012)

Neolaka, Amos, Metode Penelitian dan Statistik. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Niki Hairi Omar, dkk. “Graduates’ Employability Skills Based on Current Job”. http://ccsenet.orghttp://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/view/18545 (diakses 30 Maret 2015).

NNBIA, National Network of Business and Industry Associations. NNBIA.org http://cte.ed.gov/employabilityskills/index.php/framework/index (diakses 30 Maret 2015).

Ogbeide, “Emloyability skills and students”. University of Missouri; 2006.

Pratiwi, Puspa Setia. “Pengembangan Sistem Pembelajaran Berbasis Knowledge System” (Tesis, Universitas Indonesia, 2009).

Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis. Bandung; Rosdakarya, 2011.

Pusawiro, Priyakorn. Constructing the learning environtment in classroom convivial computer tools for higher education”, (Dissertation University Bremen; Jerman, 2011).

Puspitaningrum, Ike. Self Conceptonline  http://ikeningrum.blogspot.com/2011/03/self-concept.html  (di akses tanggal 30 Maret 2015).

Rahman, Aviv Roy. “Pengaruh motivasi, lingkungan dan disiplin terhadap prestasi belajar siswa” http://eprints.uny.ac.id/view/creators/Avif_Roy=3ARahman=3A=3A.default.html (diakses 25 Maret 2015).

Robinson, Jackqulyn, P. The Workplace. Alabama,  Auburn University, 2000.

Rushton, Stephen & Elizabeth Larkin, Education Journal  Vol. 29, No. 1, London; Brain development, 2001.

Sahid Raharjo, “Uji Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS”. online http://www.konsistensi.com/2013/05/uji-analisis-regresi-linear-ganda.html (diakses 4 April 2016)
Sahputra, Naam. “Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa”, (Tesis, USU Medan, 2009).

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta; Kencana Prenada Group, 2008.

----------------. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta; Kencana, 2008.

Santoso, Singgih, Konsep Dasar dan Aplikasi SEM dengan Amos 22. Jakarta; PT. Elex Media Komputindo, 2014.

Saul Mc. Leod, “Self Conceptonline, http://www.simplypsychology.org/self-concept.html  (diakses tanggal 30 Maret 2015).

Senge, Peter “The School That’s Learn”. Online.  http://infed.org/mobi/peter-senge-and-the-learning-organization (diakses 30 Maret 2015).

Stern, Barry, DR. “Career and Workforce Development Trends: Implications for Michigan Higher Educationonline http://www.equip123.net/docs/e3CiesFastBreakStern.ppt (di akses 30 Maret 2015).

Suarta, I Made, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan edisi 48. Jogjakarta : UNY, 2012.

----------------,  “Pengembangan Konstruk Sistem Pembelajaran Pada Pendidikan Tinggi Vokasi”. (Disertasi, Politeknik Negeri Bali, 2012).

Sudira, Putu. “Pendidikan Kejuruan di Era Industri Berbasis Pengetahuan”. (online)  http://www.scribd.com/doc/253510210/Pendidikan-Kejuruan-Di-Era-IndustriBerbasis-Pengetahuan#scribd  (diakses 30 Maret 2015).

Sugiyono. Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta cetakan ke 25, 2014.

-----------, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesembilan. Bandung : CV Alfabeta, 2007.

Supratman, Atwi. Desain Instruksional Modern, Bandung ; Erlangga, 2012.

Supriyadi, Edy. SPSS+AMOS, Perangkat Lunak Statistik  : Mengolah Data Untuk Penelitian, Jakarta : In Media, 2014

Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta : Kencana, 2009

Trochim, William M.K. “Research methods knowledge Base”, Social Research Method. Onlinehttp://www.socialresearchmethods.net/kb/scallik.php (diakses 17 April 2015).

UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 49, ayat 1.

Wahyu Widhiarso, “Prosedure Uji Linieritas pada Hubungan antar Variabel”. online http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/prosedur-uji-linieritas-pada-hubungan-antar-variabel/ (diakses 4 April 2016)
Wibawa, Basuki, Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Surabaya: Kertajaya Dutamedia, 2005.

21century skills, “Framework definition”.  http://www.p21.org/ (diakses 30 Maret 2015).

[ baca selengkapnya.. ]

Tuesday, February 23, 2016

Bunga Padang

Kini kuturuti kemauan ini
Bahwa, dari semua bunga di padang,
Yang putih dan merah amatlah kusayang,
Bersahutan laki-laki menyebut bunga padang di kota kami.

Kepada mereka aku memuji,
Seperti ceritaku di bulan Mei,
Dalam tidurku hari berlalu tanpa isi,
Kubangun, ke padangkeberlari
Mellihat bunga-bunga ini temeran di sinar matahari

Saat mentari tinggi di ufuk,
Dalam panjangnya hari,langkahku gontai dalam sejuk,
Saat mentari terbenam di barat,
Bersembunyi tenggelam istirahat.

Terjemahan bebas 'Daysies" oleh Geoffrey Chaucher (1340-1400) 
penulis The Cattenbury Tales (buku penting pertama yang ditulis dalam bahasa inggris)
[ baca selengkapnya.. ]

Sunday, July 5, 2015

Wong Derita Full (Wonderful) indonesia


       “I love you full Indonesia”, demikian posting pemilik akun disalah satu media sosial setelah berkunjung pada salah satu lokasi wisata yang ada di Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa Indonesia memiliki potensi pariwisata yang cukup besar dengan berbagai cagar alam, suku, budaya, dan pesona bahari.  Pariwisata sangat dipersepsikan sebagai contributor devisa bagi pembangunan ekonomi suatu Negara termasuk Indonesia, menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) yang dikutip oleh Spillane (1993), pariwisata mestinya dikembangkan oleh setiap negara karena delapan alasan utama yaitu: (1)Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun international. (2)Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya. (3)Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi. (4)Pemerataan kesejahteraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah destinasi. (5)Penghasil devisa. (6)Pemicu perdagangan international. (7)Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun, (8)Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi. Berangkat dari hal tersebut maka  pemerintah menargetkan kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dari 4,2 persen ditahun 2014 menjadi 8 persen ditahun 2019, kedatangan para turis mancanegara diharapkan dapat mendatangkan devisa dari Rp. 120 triliun menjadi Rp. 260 triliun ditahun 2019. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) mulai dari promosi pariwisata sampai pembenahan dan pelestarian beberapa destinasi wisata yang ada di Indonesia, akan tetapi pertanyaannya sejauh mana keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mencapai target pemasaran pariwisata ?.
Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025 disebutkan Tujuan Pembangunan Kepariwisataan Nasional yaitu mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab, atas dasar inilah pemerintah saat ini melakukan promosi dengan brand yang masih sama sejak tahun 2011 yaitu Wonderful Indonesia. Mendengar brand yang ada saat ini mungkin kita masih teringat dengan brand beberapa event milik negeri gajah putih yang juga menggunakan nama Wonderful Thailand, entah pemerintah kita cukup kreatif dengan brand nya atau mereka sudah kehabisan ide dan gagasan lagi mengenai promosi pariwisata.
Promosi atau Persoalan
Tahun 2015 anggaran khusus untuk promosi pariwisata (branding, iklan, dan selling) mencapai Rp. 1 T dengan target 10 juta wisman yang akan dibagi ke dalam tiga pasar, yakni Asean (50%), Asia Pasifik (30%), Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (20%). Anggaran promosi khusus untuk pariwisata tahun ini cukup fantastis dibanding tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 373,025 miliar. Secara efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran tentu saja semua memiliki persepsi yang berbeda namun sependapat bahwa ukuran efektifitas promosi adalah bertambahnya wisman yang berkunjung di Indonesia. Trend Kunjungan wisman ke Indonesia terus mengalami kenaikan, meskipun masih 3 pintu yang mendominasi (Bali, Jakarta, Batam), kenaikan rata-rata mencapai 7 persen sepanjang tahun 2007 – 2014 (BPS) kenaikan kunjungan wisman ini diklaim oleh pemerintah karena penerbangan ke lokasi destinasi wisata cukup mudah, kemudahan dokumen wisman, sejumlah event dan promosi yang telah dilakukan pemerintah.
Anggaran Rp. 1 T yang diperuntukan khusus promosi pariwisata sangat boros serta menjadi persoalan tersendiri. Persoalan yang pertama target yang hanya 10 juta orang wisman berkunjung, target ini tentu saja sangat kecil yang hanya menambah 560 ribu orang dengan anggaran yang sangat besar bahkan lebih rendah jika dibandingkan tahun 2014 dengan total kunjungan 9,44 juta menambah 640 ribu jiwa atau 7,19 persen orang dari tahun sebelumnya dengan angka kunjungan 8,8 juta jiwa (BPS). Jadi dengan anggaran Rp. 1 T pemerintah akan memberikan subsidi kepada wisman Rp. 1,7 juta per kepala itu sama saja memberikan biaya gratis kepada wisman yang berkunjung ke Indonesia, seharusnya normal dana pemasaran itu sebesar 5 USD untuk satu orang wisman, jadi dengan anggaran 1 T maka target seharusnya adalah 13 sampai 15 juta jiwa kunjungan wisman. Persoalan yang kedua adalah logika besar biaya pemasaran akan berbanding lurus dengan hasil yang diinginkan atau semakin besar anggaran promosi maka semakin besar juga wisatawan asing yang akan berkunjung ke Indonesia, dengan dana promosi yang mencapai Rp. 1 T tentu saja wisatawan asing akan bertambah dan akan melebihi target, dengan anggaran promosi yang besar maka kita dapat menyimpulkan bahwa promosi merupakan variable yang sangat mempengaruhi kunjungan wisman ke Indonesia. Sekarang mari kita lihat data pada tahun 2013 dimana  anggaran promosi pariwisata sebesar Rp. 607,700 miliar dengan total kunjungan mencapai 8.802.129 wisman, dan pada tahun 2014 anggaran promosi berkurang hampir 50 persen yaitu Rp. 373,025 miliar dengan total kunjungan wisman 9.345.411 atau meningkat 7,19 persen. Berdasarkan data yang telah ada maka sudah jelas bahwa variable yang sangat mempengaruhi kunjungan ke Indonesia bukanlah pemasaran atau promosi melainkan terdapat faktor lain yang tentu sangat mempengaruhi kunjungan wisman. Jadi anggaran 1 T yang diperuntukkan khusus promosi hanya akan menjadi persoalan.
Pembangunan Pariwisata
Pariwisata Indonesia selama ini hanya fokus pada tiga hal yakni hospitality, travel and tour, dan MICE. Sementara destinasi wisata masih cenderung diabaikan karena dukungan pemerintah pusat juga masih sangat minim hal ini dapat kita lihat pada focus pembenahan pemerintah yang hanya focus membenahi 3 pintu utama pariwisata mungkin karena di Indonesia terdapat begitu banyak obyek dan atraksi wisata yang menarik sehingga pemerintah sendiri kebingungan dalam skala prioritasnya. Seharusnya dalam mengembangkan pariwisata terdapat tiga dimensi yang patut dipertimbangkan (Murphy ; 2005). Dimensi yang pertama meliputi menajemen sumber daya  pengelolaan dan pengembangan objek wisata, pendidikan komunitas pendukung, serta terpenuhinya infrastruktur yang memadai. Dimensi yang kedua manajemen itu harus ditekankan pada pemahaman bahwa pariwisata sebagai aktivitas ekonomi harus mampu menguntungkan komunitas, ketika komunitas diberi kesempatan untuk mengelola dan mendapat keuntungan maka mereka diharapkan bisa menjaga dan mengembangkan warisan budaya, dan warisan lainnya secara utuh dan terus menerus. Dimensi yang ketiga yaitu pentingnya memenuhi aturan sosial dalam hal ini adalah menghargai kehidupan warga, lingkungan, dan tradisi yang ada. Bila dimensi ini terpenuhi maka tanpa anggaran promosi pun Indonesia akan tetap dikunjungi karena seluruh elemen masyarakat melalui komunitas akan terlibat dan menjadi volunteer dalam setiap aktivitas pariwisata, sebaiknya pemerintah dalam hal ini kementerian Pariwisata mengembangkan beberapa strategi pemasaran yang tidak lagi konvensional seperti iklan, event yang menghabiskan anggaran berlebihan namun tidak sejalan dengan apa yang diharapkan. Beberapa data yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa indicator wisman berkunjung ke Indonesia bukan karena promosi yang telah dilakukan oleh beberapa pihak akan tetapi masih banyak hal yang menarik minat wisman berkunjung ke Indonesia, sebaiknya pemerintah membina komunitas pariwisata seluruh Indonesia dan memberikan ruang yang sebesar-besarnya kepada mereka untuk bersama-sama menjual wisata Indonesia bila ini dapat dilakukan maka hal-hal yang kurang dalam item ranking pariwisata Indonesia dapat bersama-sama dibenahi.  







[ baca selengkapnya.. ]