Ilmu dan Agama Dalam Perspektif
Albert
Einstein, setelah menulis artikel pertamanya “gerakan brownian” pada tahun 1905
mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Teori
ini menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu
kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena masih kurang penjelasan yang
memuaskan setelah ia mengamati dalam beberapa dekade, memberikan bukti empirik
(atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom dan juga meminjamkan
keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga
kontroversial. Sebelum thesis ini, atom dikenal sebagai konsep yang berguna,
tetapi fisikawan dan kimiawan berdebat dengan sengit apakah atom itu
benar-benar suatu benda yang nyata. Diskusi statistik Einstein tentang kelakuan
atom memberikan pelaku eksperimen sebuah cara untuk menghitung atom hanya
dengan melihat melalui mikroskop biasa. Berangkat dari hal tersebut maka atom
dapat di definisikan sebagai energi yang kekal dan pada saat itu juga Einstein
berpendapat bahwa “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh”. Ada dua point disini pertama tentang
pentingnya agama untuk ilmu pengetahuan dan yang kedua perlunya ilmu dalam
pengamalan agama.
Secara terminologi ilmu
menurut kamus bahasa Indonesia, adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara sistematis menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut. Lexy J.
Moleong melihat ilmu sebagai pengetahuan yang didapatkan melalui proses
kegiatan ilmiah. Oleh karena itu menurut Jujun S. Suriasumantri pengetahuan
ilmiah tidak sukar untuk diterima sebab pada dasarnya ia dapat diandalkan
dengan suatu fakta dan argumentasi yang komprehenshif, meskipun tentu saja
tidak semua masalah dapat dipecahkan secara keilmuwan. Dengan demikian, ilmu
dalam pengertian ini didasarkan pada suatu fakta dan argumentasi yang
berdasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Alan H. Goldman lebih melihat bahwa
ilmu sesuatu yang diperoleh pada rujukan-rujukan tertentu yang diyakini
kebenarannya, “knowledge is belief that is best explained by reference to its
truth”. Dengan demikian, maka ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan melalui
proses kegiatan ilmiah dan telah teruji kebenarannya berdasarkan dalil-dalil
yang sahih yang berlaku universal.
Secara terminologi Agama berasal
dari bahasa sanskerta yaitu a tidak dan gama kacau serta dalam kamus besar
bahasa Indonesia adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan kepribadian kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang behubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Menurut Albert
Einstein (1879-1955) seperti dikuti oleh Burhanuddin Salam, agama adalah
kegiatan mengagumi dengan rendah hati roh yang tiada terbatas luhurnya, yang
menyatakan dirinya dalam bagian yang kecil-kecil yang dapat disadari dengan
akal. Agama juga diartikan dengan keyakinan yang sangat emosional akan adanya
suatu daya pikir yang luhur yang dinyatakan dalam semesta alam yang tak dapat
dipahami.
Bruno Guiderdoni (dalam M.
Ridwan) mengemukakan pendapat yang disertai pula penalaran terhadap konsep
agama. Dia membedakan istilah sains dan agama dalam banyak definisi,
yaitu :
1. Bahwa sains menjawab
pertanyaan “bagaimana”, sedangkan agama menjawab pertanyaan “mengapa”.
2. Sains berurusan dengan fakta,
sedangkan agama berurusan dengan nilai atau makna.
3. Sains mendekati realitas
secara analisis, sedangkan agama secara sintesis.
4. Sains merupakan upaya manusia
untuk memahami alam semesta yang kemudian akan mempengaruhi cara hidup kita,
tetapi tidak membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. Sedangkan agama
adalah pesan yang diberikan Tuhan untuk membantu manusia mengenal Tuhan dan
mempersiapkan manusia untuk menghadap Tuhan.
Hubungan Antara Ilmu dan
Agama
Secara terminologis agama adalah tidak kacau akan tetapi yang
terjadi hari ini adalah orang-orang yang memiliki agama yang senang membuat
kekacauan, hal ini terjadi karena kurangnya ilmu yang dimiliki individu dalam
memecahkan suatu masalah. Pada dasarnya, ilmu merupakan segala sesuatu yang
diketahui manusia. Sedangkan agama merupakan kumpulan keyakinan, kepercayaan,
hukum-hukum, dan etika-etika yang bertujuan untuk menyempurnakan dan mengatur
kehidupan manusia menuju kepada kebaikan di dunia dan akherat.
Ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama
kepada manusia. Sebaliknya, agama dapat membantu memberikan jawaban terhadap
masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu.
Agama berhubungan dengan Tuhan, ilmu berhubungan
dengan alam, agama membersihkan hati, ilmu mencerdaskan otak, agama diterima
dengan iman sedang ilmu diterima dengan logika dan bersifat rasional, yaitu dapat
dipahami dan diterima nalar. Jadi,
bisa di katakan bahwa agama dan ilmu adalah dua hal yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain ibarat nafas dan kehidupan, tiada
kehidupan tanpa nafas demikian juga tiada nafas tanpa kehidupan keduanya
mempunyai peran masing-masing , namun saling melengkapi dan saling mendukung
satu dengan yang lain. Bila salah satunya tidak ada, maka tidak akan ada
kehidupan.
Pada suatu wawancara, Einstein mengatakan,
“Beberapa orang berpandangan bahwa agama tidak sejalan dengan kebenaran ilmiah.
Saya adalah seorang periset sains, saya sangat mengetahui bahwa saat ini ilmu
pengetahuan hanya dapat membuktikan keberadaan sebuah benda, tetapi tidak dapat
membuktikan ketiadaan suatu benda. Oleh karena itu, jika kita masih belum dapat
membuktikan keberadaan benda-benda tertentu, tidaklah dapat disimpulkan bahwa
benda itu tidak ada.”
Einstein lebih lanjut memberikan contoh tentang
penemuan inti atom. Dia berkata, “Sebagai contoh, bila beberapa tahun lalu,
ketika kami belum dapat membuktikan keberadaan inti sebuah atom, seandainya
kami dengan ceroboh menyimpulkan bahwa inti atom tidak ada, maka dalam
perspektif hari ini, bukankah kami telah melakukan kesalahan yang sangat
besar?”
Meskipun pendekatan
yang digunakan keduanya berbeda (ilmu dan agama) atau bahkan bertentangan,
keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu menegaskan makna dan hakekat nilai kemanusiaan dan kehidupan manusia.
Nice,...
ReplyDeleteTp bukannya Quote nya terbalik, Seharusnya
"Ilmu tanpa Agama Lumpuh, Agama tanpa Ilmu Buta"
“Science without religion is lame, religion without science is blind.”
Ilmu tanpa agama buta berarti ilmu yang tidak disertai keimanan terhadap agama akan membahayakan karena tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang jahat. Agama tanpa ilmu lumpuh artinya agama yang tidak didasarkan pada ilmu akan tidak berdaya. Jadi yang tepat memang "science without religion is blind, religion without science is lame"...
ReplyDeleteterimakasih komentarnya, membantu dalam meringkas soal untuk UTS :D
Deletetinggal jejak. http://ads.coach